Tuan Kentang Penjual Kain Khas Palembang
Palembang tidak hanya memiliki obyek wisata alam maupun wisata sejarah. Tak jauh dari Sungai Musi yang membelah Palembang, terdapat satu kampung yang isinya adalah para perajin kain, yaitu kampung Tuan Kentang.
Sejak awal tahun ini, Pemerintah Kota Palembang bekerja sama dengan Bank Indonesia menjadikan kampung ini sebagai destinasi wisata baru di Palembang dengan membangun sebuah galeri yang menampilkan kain-kain hasil karya penduduk setempat. Galeri bernama Griya Kain Tuan Kentang tersebut dibuka pada Februari 2017, dengan alamat di Jalan Aiptu A. Wahab RT 27, Lorong HMM, Tuan Kentang, Seberang Ulu 1.
Rudy Hairudin, Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia di Sumatera Selatan, mengatakan, galeri Griya Kain Tuan Kentang ini merupakan program binaan UMKM Bank Indonesia, dengan melibatkan sekitar 240 perajin kain di kampung ini.
“Ini merupakan bentuk kerja sama dengan Pemerintah Kota Palembang; tanahnya aset pemkot, kemudian dibangun oleh Bank Indonesia. Yang kami lakukan adalah pembinaan dan pendampingan, antara lain peningkatan kompetensi teknis tenun, serta kemampuan soft skill seperti manajemen, keuangan, pemasaran, hingga promosi di media sosial,” ujar Rudy.
Selain untuk meningkatkan perekonomian penduduk setempat, program binaan ini juga diharapkan dapat menaikkan rasa percaya diri para perajin kain sehingga level kain yang diciptakan pun menjadi naik. Di galeri Griya Kain Tuan Kentang ini, jenis kain yang dijual adalah kain Tajung, Jumputan, Blongsong, dan Songket. Harganya yang ditawarkan pun relatif murah, dari Rp100.000 hingga Rp500.000.
“Prioritasnya perajin di sini adalah Tajung dan Jumputan. Tajung itu kain tenun yang mirip dengan songket tapi ditenunnya dengan ATBM. Sementara itu, Jumputan itu kain yang diikat satu per satu dan prosesnya ada tujuh tahap dengan memakan waktu pembuatan sekitar 1 bulan,” ujar Habibi, Ketua Kelompok Perajin Griya Kain Tuan Kentang.
Habibi menambahkan, untuk motif kain khas Palembang yang populer adalah Bebek Setaman, Gajah Mada, Ubur-Ubur, Mawar, dan Cantik Manis.
Saat ini, omset dari Griya Kain Tuan Kentang telah mencapai Rp500 juta per bulannya. “Pembelinya kebanyakan wisatawan lokal dan tamu-tamu pemda,” ujar Rudy.
Ke depannya, Rudy akan memperluas bangunan Griya Kain Tuan Kentang ke arah belakang hingga mencapai dermaga Sungai Musi. Dengan demikian, nantinya galeri ini bisa diakses melalui jalan darat maupun menggunakan perahu dari Sungai Musi.
“Kami akan melakukan pendampingan hingga mereka mandiri, baru dilepas. Idealnya tiga tahun, maksimal lima tahun. Ketika sudah bisa dilepas, kita akan membina daerah lain,” ujar Rudy.
No comments:
Post a Comment